KenapaSih.com, Internasional – Sedikitnya 44 warga Palestina dilaporkan meninggal dunia dalam serangkaian serangan udara dan tembakan pasukan Israel di Jalur Gaza pada Jumat (20/6/2025). Dari jumlah tersebut, 22 orang tewas saat sedang mengantre bantuan makanan di dua titik distribusi yang didukung oleh Amerika Serikat.
Berdasarkan keterangan pejabat medis dan saksi mata, pasukan Israel melepaskan tembakan ke arah kerumunan warga yang tengah menunggu pembagian bantuan di persimpangan Netzarim, wilayah Gaza tengah. Rumah Sakit Al-Awda yang berlokasi di kamp pengungsi Nuseirat menerima 16 jenazah korban dari lokasi tersebut, serta melaporkan lebih dari 100 orang mengalami luka-luka. Serangan serupa juga terjadi di titik distribusi bantuan lain di sebelah barat Khan Younis, Gaza selatan. Dalam insiden tersebut, enam orang tewas dan puluhan lainnya mengalami luka, menurut data pejabat medis Palestina yang dikutip dari laman Chinadailyasia.
Selain itu, serangan udara Israel menghantam beberapa area padat penduduk di Kota Gaza, termasuk kamp pengungsi Al-Shati, permukiman Zeitoun, dan distrik Jalaa. Mahmoud Basal, juru bicara Otoritas Pertahanan Sipil Gaza, menyampaikan bahwa sebanyak 22 orang, termasuk perempuan dan anak-anak, menjadi korban tewas dalam serangan di ketiga lokasi tersebut.
Hingga saat ini, militer Israel belum memberikan tanggapan resmi terkait insiden tersebut.
Sejak operasi militer besar-besaran Israel dimulai pada 18 Maret 2025, tercatat sedikitnya 5.401 warga Palestina meninggal dunia dan lebih dari 18.000 lainnya luka-luka, menurut data otoritas kesehatan Gaza. Dengan bertambahnya korban, total jumlah kematian sejak konflik meletus pada Oktober 2023 telah mencapai 55.706 jiwa, disertai 130.101 orang yang terluka.
Pengiriman Bahan Bakar Pertama Setelah 110 Hari Blokade
Di tengah kondisi yang kian memburuk, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mengumumkan pengiriman sekitar 280.000 liter bahan bakar ke wilayah yang lebih mudah dijangkau di Gaza. Pengiriman dilakukan dari stasiun Al Tahreer di Rafah menuju Deir al-Balah.
Ini merupakan pengiriman pertama setelah 110 hari blokade total terhadap pasokan bahan bakar ke Gaza.
“Meskipun pengiriman ini memberikan sedikit ruang bernapas, jumlah bahan bakar yang tersedia masih jauh dari mencukupi,” ujar OCHA.
OCHA mengingatkan bahwa tanpa pasokan bahan bakar yang memadai dari luar, layanan vital seperti rumah sakit, ambulans, penyulingan air, dan komunikasi akan mengalami lumpuh total.
Kekerasan di Tepi Barat: Pemukim Israel Tembak Warga Palestina, Satu Tewas Delapan Luka-luka
Insiden kekerasan kembali terjadi di Tepi Barat, tepatnya di kota Hebron, ketika seorang pria Palestina tewas ditembak dan delapan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan oleh pemukim Israel. Korban meninggal dunia diidentifikasi bernama Mohammed Ahmed Mahmoud al-Hur, berusia 48 tahun.
Walikota Surif, Hazem Ghunaimat, menjelaskan bahwa kejadian bermula saat sekelompok pemukim yang dikawal oleh pasukan militer Israel melepaskan tembakan peluru tajam ke arah warga Palestina. Para korban saat itu tengah berupaya memadamkan api yang sengaja dibakar oleh pemukim di lahan pertanian milik warga di wilayah al-Qurainat.
Situasi kemanusiaan dan keamanan di wilayah Palestina, khususnya Tepi Barat, terus memburuk di tengah ketegangan militer yang belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Sementara itu, komunitas internasional terus menyerukan gencatan senjata dan akses bantuan kemanusiaan yang lebih luas. Namun, serangan dan kekerasan terhadap warga sipil masih terus terjadi dan menimbulkan banyak korban.