Nasional

Kerakel, Senjata Tradisional Khas Betawi yang Masih Eksis hingga Kini

10
Kerakel, Senjata Tradisional Khas Betawi yang Masih Eksis hingga Kini
Kerakel, Senjata Tradisional Khas Betawi yang Masih Eksis hingga Kini

KenapaSih.com, Nasional – Kerakel dikenal sebagai salah satu senjata bela diri tradisional khas Betawi yang kerap digunakan oleh para jagoan, jago, dan jawara, khususnya dalam seni maen pukulan, bela diri khas masyarakat Betawi.

Di kawasan Rawa Belong, Jakarta Barat, masyarakat Betawi menyebut kerakel dengan nama blangkas. Terkait asal-usul namanya, terdapat sejumlah versi yang berkembang di kalangan masyarakat.

Secara etimologis, dalam bahasa Inggris, senjata ini mirip dengan knuckle atau buku kepalan. Sementara dalam bahasa Belanda, istilah krakkel memiliki arti perkelahian. Namun menurut budayawan Betawi Ridwan Saidi, nama kerakel merupakan akronim dari “kerak keling” — yakni sisa pembakaran baja hitam yang dibentuk menyerupai buku kepalan tangan.

Mengutip dari laman Seni & Budaya Betawi, Ridwan menjelaskan bahwa proses pembuatan kerakel dilakukan dengan cara mencetak sisa baja hitam yang telah dibakar ke dalam cetakan logam khusus hingga terbentuk alat pukul berbentuk lingkaran.

Kerakel digunakan dengan cara memasukkan empat jari tangan ke dalam lubang lingkaran senjata tersebut. Desain lingkarannya berfungsi sebagai pelindung buku-buku jari saat memukul, sekaligus menambah daya pukul terhadap lawan. Bagian luar senjata ini biasanya dibuat menonjol untuk memperkuat efek benturan.

Hingga kini, kerakel masih diakui sebagai bagian dari identitas budaya Betawi, dan tetap eksis dalam berbagai pertunjukan seni bela diri maupun pelestarian budaya tradisional.


Ragam Varian Kerakel

Kerakel, senjata tradisional khas Betawi, memiliki sejumlah varian yang dirancang sesuai kebutuhan pertarungan. Salah satu jenisnya adalah kerakel dengan tambahan logam tajam di bagian depan. Varian ini tak hanya digunakan untuk memberikan pukulan, tetapi juga mampu menusuk dan melukai lawan secara langsung.

Jenis lainnya adalah kerakel berbentuk logam bulat yang dirancang untuk memberikan daya pukul maksimal. Pukulan dengan kerakel jenis ini kerap menyebabkan cedera serius pada lawan karena kekuatan hantamannya yang tinggi.

Meski demikian, penggunaan kerakel tidak dilakukan sembarangan. Para pendekar, jawara, hingga jagoan Betawi umumnya melilitkan kain pada kerakel untuk menambah kenyamanan saat digenggam. Lilitan kain ini juga berfungsi melindungi jari dari memar atau luka akibat benturan.

Menariknya, pada akhir abad ke-17, komunitas peranakan Tionghoa yang bermukim di wilayah pinggiran Batavia turut memodifikasi kerakel menjadi bilah senjata bermata dua. Inovasi tersebut dikenal dengan sebutan ji sau, yang berasal dari kata ji (dua) dan sau (bilah). Dalam perkembangannya, masyarakat Betawi kemudian melafalkannya menjadi “pisau”.

Kerakel, yang telah lama menjadi bagian dari identitas para jawara Betawi, hingga kini masih eksis sebagai warisan budaya. Senjata ini terus dilestarikan melalui berbagai kegiatan seni bela diri dan pelestarian budaya lokal.

Exit mobile version